Subscribe:

27 Agustus 2014

APA SIH? APA DONG? APAPUN LAH YAAAK :D



Ini adalah ungkapan isi hati  perempuan berusia 20 tahun yang masih labil dalam segala hal… oleh karenanya belum ada keyakinan utuh atas apa yang terungkap dalam tulisan ini.

“Soal hati, perasaan, siapa mampu menjelaskannya melalui rangkaian kata?
Ketika dalam keadaan baik, sebanyak apapun kata takkan sanggup menggambarkan keindahannya, begitupun sebaliknya, ketika terluka, sebanyak apapun kata tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan kesengsaraannya.” Wess boleh keprok dulu atuh #apasih :D


Ini adalah ungkapan isi hati untuk seseorang, tulus dari lubuk hati terdalam… (diiringi suara angin ~)

Berawal dari hari dimana dengan tidak sopannya tangan ini menyentuh kepala seseorang yang belum dikenal, lebih parahnya usianya ternyata lebih tua.

Hari dimana ngerasa bertemu seseorang yang serasa tidak asing, ngerasa udah kenal lama, padahal bertegur sapa saja tidak pernah.
Yah, dia. Pemuda dengan celana training bolong yang duduk seenaknya dengan senyumnya yang seperti tanpa dosa – b-o-l-o-h-o

Hari demi hari pun berlalu ~

Ada yang masih belum juga bisa dijelaskan, ketika dia bertanya  “kenapa apa-apa ke aku?”
Percaya atau tidak, “I dunno”, aku sendiripun ga paham, dengan mudahnya percaya, dengan mudahnya ngerasa nyaman, dan ya hal seperti itu mengalir. Bila berbicara “nyaman” atau “percaya” bisa kah dideskripsikan secara logika? Aku kira jika memang tulus, asalnya dari hati bukan alasan logis… (sotau lu ndro)

Mungkin dia ga tau, aku benar-benar sangat menghormati pribadinya. Bukan, bukan karena usianya yang memang lebih tua, tapi pribadi naturalnya lah, sikapnya lah yang menjadikan ia patut untuk disegani. Dia berbeda dengan kebanyakan pemuda yang aku kenal, mereka yang masih sangat melekat jiwa remajanya, yang berkebiasaan bersenang-senang dan belum cukup dewasa memikirkan langkah serius apalagi bersiap untuk memikul beban dipundaknya kelak. Dia berbeda.

“Sederhana”, satu hal yang menjadikan seseorang istimewa. Tidak banyak tingkah, tidak banyak bicara, tidak perlu berpenampilan macem-macem, justru se-sederhana itu orang bisa melihatnya sebagai sosok yang istimewa. Ya, kecerdasan dan kebijaksanaanlah menurut aku, yang bisa menjadikan seorang laki-laki itu patut untuk dikagumi, disitulah sisi dimana perempuan menilai wibawa seorang laki-laki. Bukan wajahnya yang tampan sehingga terlihat bagai malaikat tanpa sayap turun ke bumi, bukan pakaiannya yang selalu mencolok mata sehingga nampak kontras dengan sekitarnya, bukan kepandaiannya menghamburkan kata-kata manis sehingga banyak perempuan yang tersepona, bukan kepandaiannya memamerkan kekayaan yang jelas bukan hasil jerih payahnya, bukan juga yang memamerkan kecerdasannya  sehingga setiap orang merasa bodoh bila dihadapannya, sekali lagi, bukan.

aku dihadapanmu, ya itulah aku. Aku berharap  jadilah motivator untuk mengembangkan kelebihan, dan jadilah orang yang memperbaiki segala kekurangan aku. Tidak perlu segan untuk mencegah, menasehati, bahkan marah bila memang untuk memperbaiki. Karena itulah teman, yang menurut salah satu buku yang pernah aku baca “yang ketika jatuh, akan menertawakanmu terlebih dahulu baru kemudian menarik tanganmu, bukan yang menarik tanganmu dan lalu menertawakanmu dibaliknya” 


“The way you are”, bukan topeng. Tidak sedikit orang ingin selalu nampak baik, nampak keren, dengan mengorbankan dirinya, dalam artian menutupi pribadi aslinya. Bagaimana orang lain akan menghargai bila diri sendirinya saja tidak menghargai apa yang ada padanya?

Dia, aku kira apa yang nampak, maka itulah dia. Tidak sedikitpun dia menampakan sisi yang memang bukan dirinya. Mungkin ini salah satu alasan kenapa nyaman kalau bersamanya, tidak ada celah keegoisan untuk menjadikan diri menjadi orang lain, dihadapan orang seperti dialah aku bisa jadi diri sendiri, tidak perlu rasanya menutupi kekurangan dan mengharuskan selalu “baik” dihadapannya. Dan itulah pertemanan yang sesungguhnya, ketika tidak ada topeng diantara kita. Dan didalamnya, aku rasa tidak perlu ada kekhawatiran bahwa teman kita akan membenci kita ketika dia mengetahui sisi tidak baik yang ada pada diri kita, karena yakinilah, setiap hal yang statis, tanpa warna, tidak memiliki makna apapun (ceileeeh) . Begitupun pertemanan, jika selalu baik-baik saja, jika hanya bersama ketika senang saja, apa itu indah?

Apa istimewanya hubungan yang seperti itu?

namun perlu dicatat, dalam hal ini bukan berarti kita menerima teman “apa adanya” , dalam artian membiarkannya tetap menjadi dirinya, sesuai keinginannya, membiarkannya berlarut dalam kesalahan. Bukan. Melainkan, tidak menjauhinya karena kekurangan yang ada padanya dan justru memperbaikinya, menariknya dari jurang kesalahan. Masalah itu wajar adanya, pertentangan itu erat kaitannya dengan kepedulian, kepedulian untuk mengatasi perbedaan, menurut aku.

Aku anggap kamu temen, aku juga inginnya kamu anggap aku ini temen, bukan fans. Sekalinya saling tau kekurangan masing-masing, maka saling memperbaiki, bukan kecewa dan kemudian ngejauh, ninggalin, benci dkk. Aku ingin kita berteman, karena aku ngerasa nyaman bareng kamu dan aku harap bisa bareng terus… aku ingin kamu anggap temen, yang kalau ngajak main, kalau mau bareng kamu, kalau mau cerita, kalau mau minta makanan, kalau mau minta tolong, atau kalau ngapa-ngapain ga dikira yang aneh-aneh, apalagi kamu ngira aku ngarep sesuatu dari kamu. Bukan. Memang karena aku mau bareng kamu, aku nyaman, aku suka bareng kamu, aku belajar banyak dari kamu dan mau belajar lebih banyak lagi. Aku ingin jadi temen kamu, dimana kita bisa saling berbagi. Apa salah?  :)

“Honest”, tulus, satu kata penuh makna yang walaupun letaknya ada pada dasar bagian kecil dari manusia, yaitu hati, namun wujudnya mewakili kepribadian manusia. Menurut aku, setiap orang pasti memiliki ketulusan, namun biasanya pada sebagian orang akan teredam bahkan tak nampak, yakni orang-orang yang mengutamakan logika dalam setiap halnya.  Jika berbicara hati maka erat kaitannya dengan ketulusan, maka logika erat kaitannya dengan apa yang dinamakan ego (sekilas inget lagu beyonce “Ego” ). Lalu, menurut kalian, mana yang lebih utama didahulukan, khususnya dalam sebuah pertemanan?

Menurut aku, dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki, tulus (menggunakan hati) berlaku dalam sebuah pertemanan, sedangkan ego (atas dasar logika) berlaku dalam hal kagum-mengagumi, istilah populernya nge-fans lah ya, alias cinta dalam hati kalau menurut buku “jodoh dunia akhirat” mah.

Ketika menganggap teman, maka ya berlaku ulasan mengenai “the way you are” tadi, kalau berteman secara tulus, maka dipastikan tidak ada topeng, dan bisa saling melengkapi diantara perbedaan, bisa saling memotivasi mengembangkan potensi, bisa saling memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang ada pada masing-masing, saling berbagi, ya sistemnya terbuka, ini aku ini kamu, bukan sekedar saling menampakkan sisi baik saja. Lain halnya dengan sekedar nge-fans, ego yang berperan.

Apa seorang fans masih bisa menerima ketika yang dikaguminya membuatnya kecewa?
Apa seorang fans masih bisa tetap disampingnya ketika yang diharapkan dari yang dikaguminya tidak terwujud?
Apa seorang fans bisa memberi tanpa berharap kembali?

Aku kira jawabannya adalah “tidak”. Jika menjadikan seseorang sebagai yang dikagumi, yang begitu di idam-idamkan, maka egolah yang akan berkuasa, yang ingin dilihat dan yang ingin diperlihatkan adalah hal-hal yang baik saja. Mengagumi seseorang artinya ada yang membuatnya tertarik, ada yang menarik dari seseorang itu, jika yang membuat tertarik itu hilang, apa seseorang itu masih layak untuk dikagumi? Tentu tidak, kekecewaan akan membuatnya dengan mudah meninggalkan,  bahasa trendnya berhenti nge-fans.

Misalkan aku, pernah mengagumi seseorang karena “dia begitu menghargai perempuan, memegang teguh prinsip pacaran itu haram”, tapi lama-lama ternyata terbukti bahwa orang tsb tidak seperti yang diperkirakan, dia mengumbar kata manis tidak hanya pada satu perempuan. Aku kira orang itu tidak layak lagi untuk dikagumi, dengan mudahnya akan berlalu dan terlupakan ~ begitulah perempuan kebanyakan :D

Berbicara topeng, ketika kita mengagumi seseorang, rasanya tidak ingin membuatnya sedikitpun kecewa, ingin selalu memperlihatkan sisi baik di depannya, berharap dia pun melihat kita dan tertarik. Tidak ingin sedikitpun memperlihatkan celah kekurangan kita. Setuju?

Mengagumi seseorang itu berasalan logika biasanya, karena dia ganteng, karena dia pinter, karena dia banyak uang *ups*, dan hal seperti itu dipastikan akan berubah bahkan hilang, dan rasa kagumnyapun akan berubah bahkan hilang. Khususnya aku pribadi, ketika mengagumi seseorang akan menuntut secara mendetail, kenapa gini kenapa gitu, kalau sudah kecewa maka segera akan dilupakan. Ngefans itu ketika suka ya sukanya pake banget, makanya sekalinya kecewa bagaikan unforgiven alias ilfil, bahkan dari fans bisa jadi hater. Serem dan begitu kompleks bukan persoalan logika ini?( Bahkan untuk mengetik dan memaparkannya pun diliputi rasa kesal, sungguh bahasan yang tidak menyenangkan *sekilas teringat sesuatu)

“Love”, the most georgeous word. Bahasan ini sungguh sensitif, maka resapilah…
Bila kita berbicara cinta, maka seutuhnya ini adalah milik hati. Bila berbicara hati, maka rangkaian kata takkan pernah sanggup mewakili keutuhannya. Sepokat gaisss? wkwk

Sungguh, sampai usia seginipun aku masih belum ngerti apa makna sesungguhnya dari kata cinta. Terkadang dirasa ada sesuatu yang tidak biasa dalam hati kepada lawan jenis, namun belum tentu itu cinta. Masa muda dulu, SMA alay, seringkali kita so tau mengartikan kata cinta dengan labilnya, menyebabkan kegalauan yang sungguh maksimal *a foolish*

Yang aku tau, ada banyak kata lain mengitari kata cinta, seperti rindu, rasa sayang, tulus, trust (keyakinan), satu kesatuan yang menjadikan kata “cinta” maha indah  (diiringi instrument biola kaya di film~). Sungguh, sekali lagi, urusan hati ini teramat sensitif. Tidak mudah untuk meyakininya, apalagi untuk dengan mudahnya dilisankan.

Heran bukan dengan orang yang dengan mudah menyatakan cinta?
Sudahkah mereka benar-benar paham dan meyakini apa yang ada di hatinya?

Cinta itu akan mengalir, hingga saat tiba waktunya,  tak perlu diungkapkan secara lisan pun ia akan sampai pada hati yang ditujunya, ia akan berbicara dengan sendirinya. Urusan hati hanya bisa didengar, dirasakan dan sampai pada hati lagi. Yakinilah.

Cinta itu tidak bisa diukur dari  “seberapa lama”, seberapa lama kita menyimpan rasa untuk seseorang, belum tentu itu cinta. Belum tentu juga cinta hadir untuk orang yang paling lama kita kenal. Belum tentu, aku kira, ya belum tentu. Cinta bisa hadir kapan saja dan tertuju untuk siapa saja tanpa kita duga, yang pasti cinta tau kapan saatnya ia harus nampak dipermukaan (Rizki RR, 2011).

Sungguh cinta adalah anugrah, akan menyesal bila salah memaknainya. Jika belum seutuhnya yakin, simpanlah dan jagalah kesuciannya. Jika berani memunculkannya dipermukaan tanpa keyakinan yang utuh, ia takkan mampu melalui tantangan yang mengitarinya, ia akan kalah dengan rasa cemburu, hawa nafsu, dan luka karena cinta, luka hati, tidak seperti luka di badan yang jelas bagaimana cara menyembuhkannya. Ingin merugi seperti itu?  :D

Wajar ketika memiliki rasa berbeda pada lawan jenis, tapi janganlah coba beranikan diri mengartikan itu cinta jika belum yakin. Yakinilah dahulu, persiapkanlah.

Selalu bingung kalau ditanya soal “sebenarnya suka ga sih?”. Mungkin bisa jadi itu sementara. Kalau masih dalam bentuk keraguan, biarin aja dulu ngalir atuh, aku takutnya malah salah ngartiin.  Karena sekali lagi, urusan hati akan memunculkan keberadaannya ketika waktunya tiba. Urusan hati itu hal yang terpisah dari apa disebut teman, dan aku sekedar jadi temen kamu aja udah nyaman dan seneng pake banget, tanpa mengharapkan apapun ke arah sana, jangan sampai rusak karena hal yang masih terdapat keraguan di dalamnya, lebar bangeeet -,-

Kamu mau dengerin aku, kamu sering bantuin aku, kamu ngingetin aku, dan semua kebaikan kamu, aku harap bisa ngebales semuanya, aku harap bisa jadi temen yang baik untuk kamu, maafin aku kalau aku selalu ngelakuin kesalahan. Maafin aku. Tanpa sadar, kata-kata kamu tuh ngaruh loh, secara ga sadar kamu itu ngubah aku sedikit demi sedikit. Subhanalloh banget tiap mau keluar malem inget kata-kata kamu lah demi apa.

Tanpa menghindari dan memaksakan, jika memang nantinya ada rasa, yah who knows? Ga salah kan ya? Yang penting sekarang aku nyaman dan seneng bareng kamu, hahahahah, bukan ko, bukan karena ingin minta makanan, aku bener-bener udah nyaah ko. Dan jujur, sedih rasanya kalau bayangin mungkin ga lama lagi kita bakal jauh, jarang ketemu, bahkan mungkin nanti kamu ga inget aku lagi, dan aku bakal kangen banget, dan  nanti kalau udah jauh mah pasti gatau harus apa kalau kangen, jadi aku harus galau ditengah rintikan hujan gitu? sedih tingkat dewa *tisu mana tisu?*

Aku ketemu orang kaya kamu, aku bisa jadi temen kamu, itu udah subhanalloh. aku tuh ga punya temen yang beda kaya kamu. Segini aja udah bersyukur,  untuk lebih dari sekedar temen mah, aku ini harus apa, aku tau diri ko, mungkin entah harus berproses memantaskan diri selama apa untuk jadi layak sekedar menyukai orang kaya kamu, terlalu jauh untuk berharap ke arah sana, dan aku terlalu khawatir untuk menuju arah sana, karena kemungkinan rusak karena cemburu dan lainnya hal itu memungkinkan kita bakal jauh, bakal banyak masalah, dan kita ga akan rame lagi, berantem wae meren *stop jangan bayangkan hal buruk itu* , ngebayangin kuliah tinggal 2 taun dan mungkin bareng-barengnya paling cuma tinggal setaun aja udah sedih. Semoga kalaupun kita jauh nanti, aku bisa ketemu orang  yang sifatnya kaya kamu, ya kamu. atuh aku masih mau belajar banyak dari kamu, atuh aku siapa yang mau ngubah kebiasaan-kebiasaan jelek aku. Atuh da aku mah apa, gatau harus apa, jadinya nulis kaya gini. Oke fix segini aja, sekian yu mari dadah babay .






0 komentar:

Posting Komentar